Brand Kali Ini Beda

Setelah kunjungan pada malam itu aku datang membawa cerita dan rasa dari tempat sederhana yang hangat walau malam yang larut dan semakin dingin. Di kepalaku, “Ini cerita brand apa lagi?”

Bukan seperti pola brand f&b yang selama ini kutemui. Polanya dengan tidak berpola. Sajiannya bukan untuk indera pengecap, atau bahkan... bukan hanya untuk indera penciuman dengan euphoria visual "ala-ala" yang membuat sihir kenikmatan di bawah alam sadar hingga lidah pengecap membuncah. Kopinya sederhana, bangkunya juga tidak istimewa, interiornya pun seperti “disengaja” untuk bersuara artistik lokal yang seksi memanggil dan memanjakan para konsumen modern. 




Berjam-jam Aku di sana, duduk santai dengan sesekali menikmati obrolan mereka yang di sekitarku, mereka yang pada saat aku datang tadi diperkenalkan dan kami saling jabat tangan lalu mulai akrab. Sampai di ujung malam itu hanya kami bertiga, Aga, Aline, dan aku, seorang Brand Disainer yang kepalanya sedang loading dan hatinya menangkap semua getaran, energi, impresi… kebiasaanku untuk menulis kata kunci pun segera kutorehkan. 

Berhari-hari aku coba memikirkan kata-kata kunci yang sudah berkembang dari catatanku. “Ini tentang sesuatu yang beda ni, bukan sekedar visual logo saja, ini tentang menangkap sesuatu yang terus TUMBUH… “
Kalimat yang sempat meluap di kepalaku, dan benar-benar membuatku semakin yakin, karena setiap keluar kata  ‘TUMBUH’ getaran di dada ini terasa ‘deghh!’.

Warung Bejo, 
ini tentang nilai, nilai apa? Entah aku tidak tahu istilahnya apa di dunia akademisi, tapi yang kudapati ini tentang nilai tidak kasat mata-‘intangible’, brainstorming inilah yang mondar-mandir di kepalaku. 

Sederhana, bernilai bukan mewah, 
Tempat makan? Bukan, ini ruang makan rumah, 
bahkan ini lebih Jogja dari Jogja hari ini. 
Dipersilahkan berbagi walau tidak sempurna, 
Melebur sedih, peluh, dan lain-lain,
Mari jadi apa adanya saja...
Cukup jadi manusia biasa,
Manusia sederhana yang baik. 

Warung ini memberi ruang dengan sederhana. Jika ada yang istimewa, ini karena kita sendiri yang membuatnya istimewa. Silahkan buat istimewa itu menjadi lebih bernilai untuk dirimu sendiri. 

Sebagai Brand Disainer, tentu banyak ide ini itu untuk membuat warung ini lebih seru meluap-luap di kepalaku. 
“Stop… !"
"Nggak-nggak.. Ini tidak begitu cara kerjanya,” 
sibuknya kuucapkan pada pikiranku sendiri. 

Kubedah satu kata "sakti" itu, ‘Tumbuh’ atau mungkin pada adat Jawa terkenal dengan ‘Tuwuh’ yang secara filosofis pada akhirnya bermakna sebuah peleburan pada alam (tanah, gunung, udara, dan lain lain) sekaligus dengan Tuhan. 'Tumbuh’ juga membawaku mengerti tentang apa yang terlibat dalam aktivitas tumbuh. Ada 4 poin yang kudapat;
1. Manusia
2. Tempat/ruang
3. Waktu
4. Interaksi/komunikasi

Dan 4 poin diatas jelas kudapati di tempat ini. di Warung sederhana ini.


'Tumbuh' adalah bukti syukur terhadap sebuah proses, penyerahan hasil pada Tuhan dan segala semesta. Yang bisa kita pikirkan dan niatkan adalah hasil yang baik, benar dan berkah saja. Tidak lebih.

‘Tumbuh’ pun identik dengan 2 warna yang berkorelasi kuat di kepalaku, dengan hijau dan kuning. 

Kata ‘Tumbuh’ juga membawaku ingat satu manusia, Damar, anak semata wayangku yang sedang kunikmati ‘tumbuh'nya dari hari ke hari. Menjadi bahagia dengan sederhana hanya dengan melihatnya menuliskan huruf-huruf dan membacanya. Selalu banyak yang mengejutkan dari prosesnya.





Tangan ini gatal untuk membuat ide ini itu, pun ini sekedar tutur visual untuk melengkapi gemerlap pikiranku tentang warung ini. Selamat menikmati cari diri sejati. Bismillah.












Komentar